PSIKOLOGI MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998). Pola asuh orang tua dalam keluarga secara kuat sangat mempengaruhi tingkat perkembangan individu dalam pencapaian kesuksesan atau kegagalan dalam pergaulan dalam masyarakat.
Pada umumnya, sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki perannya masing-masing. Seperti peranan ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai kepala keluarga, anggota masyarakat, kemudian peranan ibu mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik  anak, anggota masyarakat dan peran anak yaitu peran psikososial sesuai tingkat perkembangan, baik mental, fisik, sosial dan spiritual.
Saat ini, peran ibu sebagai ibu rumah tangga telah berubah menjadi pencari nafkah. Peran ibu awalnya adalah sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Akan tetapi, saat ini ibu telah berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.
Perbedaan peran seorang ibu dalam keluarga dalam hal ini ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja, tentunya sangat mempengaruhi anak dalam perkembangannya. Perbedaan pola asuh dan karakter anak inilah yang nantinya akan diangkat oleh penulis berdasar kepada pengamatan singkat Kami pada beberapa orang rekan dan sahabat yang ibunya bekerja dengan yang ibunya tidak bekerja kepada perkembangan anaknya


B. Tujuan
Adapun tujuan pengamatan ini yaitu:

a.    Memberikan pengetahuan dasar mengenai pemahaman dasar perkembangan manusia secara umum
b.    Mengungkapkan perbedaan dasar perkembangan seorang anak yang ibunya bekerja dan tidak bekerja.

c.    Sebagai bekal bagi para calon ibu dalam menyikapi sikap anak dalam perkembangannya.


TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

1.    Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal (www.wikipedia.org:2014). Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus yang mempelajari kehususan pada tingkah laku individu. Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak lahir sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu, yaitu proses terus menerus dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan” secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.

2.    Perkembangan Manusia
Elizabet Hurlock mengemukakan jenis-jenis perubahan selama proses perkembangan dan sifat-sifat khusus dalam perkembangan.
1.    Jenis-jenis Perkembangan (Type of Changes In Development)
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
·         Perubahan dalam ukuran (changes in size)
·         Perubahan dalam perbandingan (changes in proportion)
·         Pengertian wijud (disappearance of old features)
·         Memperoleh wujud baru (acquisition of new features)
2.    Sifat-sifat Khusus Perkembangan
Ada beberapa sifat khusus yang dapat kita lihat dalam perkembangan. Dan hanya diambil yang jelas menunjukkan pengaruh yang besar; yaitu:
·         Perkembangan berlangsung menurut suatu pola tertentu.
·         Perkembangan berlangsung dari sifat-sifat umum ke sifat-sifat khusus.
·         Perkembangan adalah tidak terputus-putus.
·         Perbedaan kecepatan perkembangan antara kanak-kanak akan tetap berlangsung.
·         Perkembangan dari berbagai bagian badan berlangsung masing-masing dengan kecepatan sendiri.
·         Sifat-sifat dalam perkembangan ada sangkut pautnya antara satu dengan lainnya.
·         Perkembangan dapat dikira-kirakan lebih dahulu.
·         Tiap-tiap fase perkembangan mempunyai coraknya masing-masing.
·         Apa yang disebut sikap yang menjadi persoalan kerapkali sikap biasa sesuai dengan umurnya.
·         Tiap-tiap orang yang normal akan mencapai masing-masing fasenya terakhir dalam perkembangan.

3.    Fase dan Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendapat para Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam di atas dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:
1.    Periodisasi yang berdasar biologis
Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
2.    Periodisasi yang berdasar psikologis.
Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya
3.    Periodisasi yang berdasar didaktis
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day” (1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology” (1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai berikut:
1.    Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)
Masa ini berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa sebelu lahir ini terbagi dalam 3 priode; yaitu:
2.    Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
3.    Masa Bayi (Babyhood).
Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun.
Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
4.    Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood).
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD. Masa kanak-kanak adalah periode yang barangkali lebih banyak mendapat pengaruh cultural dan lingkungan disbanding periode-periode lain.
5.    Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).
      Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah. Masa kanak-kanak adalah periode yang barangkali lebih banyak mendapat pengaruh cultural dan lingkungan disbanding periode-periode lain.
6.    Masa Puber (Puberty).
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0 atau 16,0.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki.
Ada empat perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
o   Perubahan besarnya tubuh.
o   Perubahan proporsi tubuh.
o   Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
o   Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
7.    Masa Dewasa Awal (Early Adulthood).
Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
8.    Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
o   Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
o   Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
o   Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
o   Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
9.    Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood).
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

4.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor eksternal).
Manurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Tetapi bailklah beberapa diantara faktor faktor-faktor tersebut ditinjau:
1.    Intelligensi
Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
2.    Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
3.    Kelenjar-kelenjar
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
4.    Kebangsaan (ras)
Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah timur. Anak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
5.    Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
6.    Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
7.    Luka dan penyakit
Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
8.    Hawa dan sinar
        Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
9.    Kultur (budaya)
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya di sini selain budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.
Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
·         Kematangan (Maturation)
Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodrat ini diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
Pertumbuhan karena kodrat terkadang timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di muka, suara berubah dengan tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap seks lain, yang berkembang menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan pemuda sebagai kebalikan dari kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya (Masa Pueral).
Pada anak-anak sering terlihat, tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya yang terkadang setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat terbelakang dalam pekembangannya.
·         Belajar dan latihan (Learning)
Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
·         Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
Kedua sebab kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat terbatas.
Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan tidak memerlukan latihan.
Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.

5.    Psikologi Perkembangan Lintas Budaya
Banyak perubahan developmental yang terjadi karena interaksi antara pertumbuhan biologis dengan lingkungan tempat tinggal seorang individu. Dalam penelitian-penelitian awal, para ahli psikologi perkembangan sering berdebat mengenai lebih penting manakah antara biologi dengan lingkungan dalam pertumbuhan. Akhir-akhir ini para ahli psikologi perkembangan semakin menyadari bahwa dua hal tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan.
Terdapat 4 poin psikologi perkembangan yang diteliti dari sudut pandang lintas-budaya,yaitu:
1.    Temperamen
Thomas dan Chess (1977) menggambarkan bahwa ada tiga kategori utama tempramen: gampangan, sulit, dan lambat untuk memulai (slow to warm up). Tempramen gampangan dicirikan oleh gaya prilaku yang wajar, mudah menyesuaikan, positif dan responsive. Tempramen sulit adalah gaya penarikan diri yang tidak stabil dan intens, yang secara umum biasanya dicirikan oleh suasana hati negative.
Chisholm (1983) berpendapat bahwa ada hubungan yang kuat antara kondisi ibu saat hamil (khususnya tekanan darah tinggi) dengan iritabilitas (sifat mudah marah) bayi. Hubungan antara tekanan darah ibu dan sifat mudah marah bayi ini juga dijumpai pada bayi-bayi Malaysia, cina, aborigin, orang kulit putih Australia, serta Navaho (Gracia Coll, 1990). Gracia Coll, Sepkoski dan Lester (1981) menemukan bawa perbedaan kesehatan ibu-ibu di Puertorico selama masa kehamilan juga terkait dengan perbedaan dalam tempramen bayi mereka bila dibandingkan dengan bayi Kaukasia-Amerika atau Afrika-Amerika. Bayi-bayi Puerto Rico lebih awas dan tidak mudah menangis. Dengan demikian, perbedaan tempramen yang khas untuk suatu kelompok budaya mungkin mencerminkan perbedaan-perbedaan genetika dan sejarah reproduksi.
2.    Kelekatan
Kelekatan atau attachment adalah ikatan khusus yang berkembang antara bayi dengan pengasuhnya. Banyak ahli psikologi yang merasa bahwa kualitas kelekatan ini punya efek seumur hidup terhadap hubungan seorang individu dengan orang-orang yang dicintainya. Kelekatan member keamanan emosional pada seorang anak. Setelah kelekatan tercipta, bayi akan menjadi tertekan oleh perpisahan dengan ibunya (ini disebut kecemasan atau distress perpisahan).
Kelekatan ini mendasari konsep dasar (basic trust). Erikson (1963) menggambarkan formasi kepercayaan dasar sebagai langkah penting pertama proses perkembangan psikososial yang berlangsung seumur hidup. Kelekatan yang buruk adalah komponen dari ketidakpercayaan. Kepercayaan dasar dipandang akan mempengaruhi bunungan-hubungan serta tahapan perkembangan selanjutnya. Semua ini adalah bagian dari diri yang sedang berkembang dan dipengaruhi oleh bagaimana ibu dan orang-orang penting lain merespon terhadap anak tersebut.
3.    Pengasuhan Orang Tua, Keluarga dan Sosialisasi
Orang tua jelas memiliki peranan penting dalam perkembangan anak. Ada berbagai gaya pengasuhan orang tua yang bisa berbeda-beda. Baumrind (1971) mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan orang tua.
·         Orang tua yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh untuk dikontrol/diperhatikan.
·         Orang tua yang permisif membolehkan anak untuk mengatur hidup mereka sendiri dan menyediakan hanya sedikit panduan baku.
·         Orang tua yang otoritatifbersifat tegas, adil dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang akan membentuk anak-anak yang secara psikologis sehat, kompeten, dan mandiri, yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi sosial.
4.    Penalaran Moral
Teori dominan tentang penalaran loral dalam psikologi perkembangan adalah teori yang diajukan oleh Kohlber (1976,1984). Teori Kohlburg, didasarkan pada karya-karya Piaget sebelumnya tentang perkembangan kognitif. Tiga tahap umum penalaran moral menurut Kohlberg adalah:
·         Moralitas prakonvesional, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap aturan untuk menghindari hukuman.
·         Moralitas konvesional, dengan penekanan pada konformitas pada aturan yang ditentukan oleh persetujuan orang lain atau aturan-aturan masyarakat.
·         Moralitas pasca konvensional, dengan penekanan pada penalaran moral menurut prinsip-prinsip hati nurani individual. 

PENGAMATAN

A.   Pola Asuh Ibu
Pola asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab kepada anak. Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial (Soekirman, 2000 dalam http://alisarjunip.blogspot.com/. Diakses 2014). Pola asuh orang tua diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.
Setiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Proses pembelajaran ini berlangsung dan berkesinambungan terus selama masa hidup seseorang, sejak anak usia bayi sampai mencapai usia dewasa. Kewajiban orang tua adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan memandu anak menjadi manusia yang kompeten. Kewajiban anak adalah merespon sesuai dengan inisiatif dari orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan orang tua. Pola asuh yang tepat dari orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi proses pembelajaran ini. Diperlukan kesabaran dan kebijakan orang tua untuk dapat memberikan pertimbangan terbaik dalam pengambilan keputusan-keputusan penting di dalam kehidupan anak.

B.   Perbedaan Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah bisa berbeda dengan pola asuh yang diterapkan oleh ibu yang hanya bekerja di dalam rumah atau sebagai ibu rumah tangga yang dengan waktu penuh dapat mengasuh anaknya. Menurut Baumrind (1967, dalam http://alisarjunip.blogspot.com/. Diakses 2014). terdapat 4 macam pola asuh orang tua:

1.    Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak. Dengan kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokrasi ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya dan belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak.

2.    Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua. Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3.    Pola Asuh Persimisif
Pola asuh permisif memberikan pengawasan yang sangat longgar yang ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola asuh permisif memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, dan melindungi secara berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh ini biasanya akan menghasilkan anak-anak yang manja, tidak patuh, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
4.    Pola Asuh Penelantar
Orang tua pada pola asuh penelantar umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Pola asuh ini akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Seorang ibu yang bekerja di luar rumah harus pandai mengatur waktu untuk keluarga karena pada umumnya tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Peran ibu dalam menerapkan pola asuh pada anak merupakan hal yang berpengaruh pada sikap keseharian anak.





C.   Objek Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan kepada 2 orang individu yang memiliki perbedaan pola asuh yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka, khususnya ibu. Kedua individu ini memiliki kesaamaan umur dan jenis kelamin. Berikut data umum individu yang diamati:
1.    Anak dengan orang tua bekerja
Nama                                     : Ryan (bukan nama asli)
Tempat Tanggal Lahir         : Jakarta, 20 September 1992
Status                                     : Mahasiswa
Riwayat Singkat
            Ryan merupakan anak seorang pegawai negeri di Jakarta. Sang ayah bekerja sebagai komandan polisi di salah satu daerah di Jakarta Barat, sedangkan sang Ibu bekerja sebagai petugas admistratif kementrian perhubungan di Jakarta Selatan. Mereka tergolong orang tua yang sibuk, dan sangat jarang bersama Riyan dalam keseharian mereka.
            Ryan lebih sering dibesarkan oleh asisten rumah tangga yang bertindak sebagai pengasuh pribari Ryan sejak kecil. Kedua orang tua Ryan jarang sekali memberikan perhatian secara emosional kepada Ryan. Bentuk perhatian yang dilakukan lebih sering kepada perlakuan fisik berupa pemberian materi (uang).
2.    Anak dengan orang tua tidak bekerja
Nama                                     : Bagus (bukan nama asli)
Tempat Tanggal Lahir         : Bandung, 14 Mei 1992
Status                                     : Pengusaha
Riwayat Singkat
            Bagus merupakan anak seorang pengusaha kain di Bandung. Sang ayah merupakan pengusaha kain yang terbilang suskes saat ini, sedangkan sang ibu tidak bekerja namun sesekali membatu sang ayah menjaga toko kain mereka di Cigondewah Bandung.
            Bagus termasuk anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang baik oleh orang tua mereka. Sejak kecil Bagus selalu dibimbing dan dibesarkan kedua orang tuanya  tanpa asisten rumah tangga. Terkadang kedua orang tuanya bergantian untuk menjaga Bagus ketika salah seorang dari mereka harus menjaga toko kain mereka. Baguspun sesekali diajak ke toko untuk dikenalkan dan diajari cara berbisnis oleh kedua orangtuanya.

D.   Hasil Pengamatan
1.    Ryan
Dari kumpulan data yang diperoleh dan hasil pengamatan Kami mengenai Ryan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Ryan bisa dikategorikan dibesarkan oleh tipe pola asuh penelantar, karena kesibukan kedua orang tuanya.
·         Ryan lebih sering dimaja akan kebutuhan sehari-hari berupa harta (uang). Sejak kecil, apapun keinginan Ryan kedua orang tuanya sebisa mungkin mengikuti dan menuruti keinginan Ryan.
·         Dalam perkembangannya, Ryan tumbuh menjadi anak yang sombong, suka member perintah, keras, dan sulit memiliki teman sejak masa sekolah, hingga saat ini. Hal ini disebabkan kehidupan masa kecil Ryan yang diasuh oleh asisten rumah tangga yang bersikap seperti asisten atau ajudan yang harus menuruti apapun keinginan Ryan. Tanpa sadar sifat seperti itu membentuk pribadi Ryan menjadi seolah-olah raja yang harus dituruti apapun keinginannya. Selain itu status sang ayah yang merupakan komandan polisi pun sedikit mempengaruhi timbulnya sifat sombong yang dimiliki Ryan, akibat kekuasaan yang dimiliki sang ayah.
·         Hasil dari pola asuh penelantar ini pun menghasilkan karakteristik kurang bertanggung jawab, tidak mau mangalah, sering bolos, bermasalah dengan teman.
2.    Bagus
Dari kumpulan data yang diperoleh dan hasil pengamatan Kami mengenai Bagus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Bagus bisa dikategorikan dibesarkan oleh tipe pola asuh demokratis. Kedua orang tuanya mampu membagi waktu dalam mengasuh dan membesarkan Bagus. Sang Ibu tetap mendapatkan porsi yang lebih besar dalam mengasuh Bagus.
·         Bagus tidak pernah dimanja oleh kedua orang tuanya, apalagi mengenai harta. Meskipun orang tuanya tergolong mampu, namun kedua orang tuanya selalu mendidik bagus untuk memiliki penghasilan (uang) dengan hasil jerih payah sendiri.
·         Dalam perkembangannya Bagus menjadi sosok mandiri, bertanggung jawab, dan cerdas dalam melihat peluang bisnis. Hal tersebut merupakan hasil didikan kedua orang tuanya yang berlatar belakang pengusaha.
·         Hasil dari pola asuh demokratis menghasilkan karakteristik mandiri, tenang (tidak cepat emosi), cerdas, bertanggung jawab, mudah bergaul, ramah dan disegani karena kecerdasannya.

E.   Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kedua individu tersebut, Kami menyimpulkan bahwa perbedaan pola asuh antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja jelas sangat mempengaruhi karakteristik anak yang dibesarkannya. Selain itu, faktor pekerjaan orang tua juga turut mempengaruhi emosi dan psikologi sang anak.
Namun yang harus dicatat, hasil pengamatan dua individu ini tidak mutlak sama dengan individu lainnya. Pengamatan ini tidak bisa dijadikan patokan atau pakem dalam menilai seorang individu, karena ini hanyalah sebagian kecil pengamatan yang Kami lakukan. Mungkin akan berbeda hasilnya jika pengamatan dilakukan dalam skala yang lebih luas. 


Sumber:
Matsumoto David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
www.wikipedia.org, (diakses 10 April 2014)

Comments