PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Effendy, 1998). Pola asuh orang tua dalam keluarga secara kuat
sangat mempengaruhi tingkat perkembangan individu dalam pencapaian kesuksesan
atau kegagalan dalam pergaulan dalam masyarakat.
Pada umumnya, sebuah keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki perannya masing-masing.
Seperti peranan ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa
aman, sebagai kepala keluarga, anggota masyarakat, kemudian peranan ibu
mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik anak, anggota masyarakat dan
peran anak yaitu peran psikososial sesuai tingkat perkembangan, baik mental,
fisik, sosial dan spiritual.
Saat ini, peran ibu sebagai ibu rumah tangga telah berubah
menjadi pencari nafkah. Peran ibu awalnya adalah sebagai istri, ibu dari
anak-anaknya, mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya,
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Akan tetapi, saat ini ibu telah berperan sebagai
pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.
Perbedaan
peran seorang ibu dalam keluarga dalam hal ini ibu yang bekerja dan ibu yang
tidak bekerja, tentunya sangat mempengaruhi anak dalam perkembangannya.
Perbedaan pola asuh dan karakter anak inilah yang nantinya akan diangkat oleh
penulis berdasar kepada pengamatan singkat Kami pada beberapa orang rekan dan
sahabat yang ibunya bekerja dengan yang ibunya tidak bekerja kepada
perkembangan anaknya
B. Tujuan
Adapun tujuan pengamatan ini
yaitu:
a. Memberikan
pengetahuan dasar mengenai pemahaman dasar perkembangan manusia secara umum
b. Mengungkapkan
perbedaan dasar perkembangan seorang anak yang ibunya bekerja dan tidak
bekerja.
c. Sebagai
bekal bagi para calon ibu dalam menyikapi sikap anak dalam perkembangannya.
TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1. Pengertian
Psikologi Perkembangan
Psikologi
perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan
dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal (www.wikipedia.org:2014).
Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus yang
mempelajari kehususan pada tingkah laku individu. Objek psikologi perkembangan
adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini
berlangsung sejak lahir sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses
tertentu, yaitu proses terus menerus dan proses yang menuju ke depan dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan” secara khusus
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
2. Perkembangan
Manusia
Elizabet Hurlock
mengemukakan jenis-jenis perubahan selama proses perkembangan dan sifat-sifat
khusus dalam perkembangan.
1. Jenis-jenis
Perkembangan (Type of Changes In
Development)
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
proses perkembangan digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
·
Perubahan dalam ukuran (changes in size)
·
Perubahan dalam perbandingan (changes in proportion)
·
Pengertian wijud (disappearance of old features)
·
Memperoleh wujud baru (acquisition of new features)
2. Sifat-sifat
Khusus Perkembangan
Ada beberapa sifat khusus yang dapat
kita lihat dalam perkembangan. Dan hanya diambil yang jelas menunjukkan
pengaruh yang besar; yaitu:
·
Perkembangan
berlangsung menurut suatu pola tertentu.
·
Perkembangan
berlangsung dari sifat-sifat umum ke sifat-sifat khusus.
·
Perkembangan
adalah tidak terputus-putus.
·
Perbedaan
kecepatan perkembangan antara kanak-kanak akan tetap berlangsung.
·
Perkembangan
dari berbagai bagian badan berlangsung masing-masing dengan kecepatan sendiri.
·
Sifat-sifat
dalam perkembangan ada sangkut pautnya antara satu dengan lainnya.
·
Perkembangan
dapat dikira-kirakan lebih dahulu.
·
Tiap-tiap
fase perkembangan mempunyai coraknya masing-masing.
·
Apa
yang disebut sikap yang menjadi persoalan kerapkali sikap biasa sesuai dengan
umurnya.
·
Tiap-tiap
orang yang normal akan mencapai masing-masing fasenya terakhir dalam
perkembangan.
3. Fase
dan Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendapat para
Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam di atas dapat digolongkan dalam
tiga bagian, yaitu:
1.
Periodisasi
yang berdasar biologis
Periodisasi
atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses
biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan
jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi,
antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar
kelengkapan kelamin.
2. Periodisasi
yang berdasar psikologis.
Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada
keadaan psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan
sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa
kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh
setiap anak dalam masa perkembangannya
3. Periodisasi
yang berdasar didaktis
Pembagian
masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A.
Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day” (1975) dan Elizabeth B.
Hurlock dalam “Developmental Psycology” (1980) tampak sudah lengkap mencakup
sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang
berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai
berikut:
1.
Masa
Sebelum lahir (Prenatal Period)
Masa ini
berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir
kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa sebelu lahir ini terbagi dalam 3
priode; yaitu:
2. Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
Masa ini
dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari.
Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau
stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
3. Masa Bayi (Babyhood).
Masa ini
dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun.
Masa bayi ini dianggap sebagai periode
kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana
dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
4. Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood).
Awal masa
kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra
kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial
sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD. Masa kanak-kanak adalah periode
yang barangkali lebih banyak mendapat pengaruh cultural dan lingkungan
disbanding periode-periode lain.
5. Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).
Akhir masa kanak-kanak atau masa anak
sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya
Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan
masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson
menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana
anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul
dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah
kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk
bersekolah. Masa kanak-kanak adalah periode yang barangkali lebih banyak
mendapat pengaruh cultural dan lingkungan disbanding periode-periode lain.
6. Masa Puber (Puberty).
Masa Puber
merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa
kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai
umur 15,0 atau 16,0.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan
masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam
pada anak laki-laki.
Ada empat perubahan tubuh yang utama
pada masa puber, yaitu:
o
Perubahan
besarnya tubuh.
o
Perubahan
proporsi tubuh.
o
Pertumbuhan
ciri-ciri seks primer.
o
Perubahan
pada ciri-ciri seks sekunder.
7.
Masa
Dewasa Awal (Early Adulthood).
Masa dewasa
adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3
periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa
pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut,
dari umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa
awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas
san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
8. Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).
Masa dewasa
madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun.
Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
o
Masa
dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan
manusia.
o
Masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
o
Masa
dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini
orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
o
Pada
masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan
masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
9. Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood).
Usia lanjut
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur
enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang
bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan
Persoalan
mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan,
dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli yang
beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata
ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata
tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal
adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan
aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa
perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor
lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama
sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa
dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John
Locke.
Aliran yang
tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran
“Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut
aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua
kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun faktor
lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan
perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar
Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga mengemukakan adanya dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor
internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor eksternal).
Manurut
Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi
eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas
perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar
untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang
penting. Tetapi bailklah beberapa diantara faktor faktor-faktor tersebut
ditinjau:
1.
Intelligensi
Intellegensi
merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh
perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan
terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan penelitian Terman LM
(Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The
age of walking and talking in relation to general intelligence) telah
dibuktikan adanya pengaruh intellegensi terhadap tempo perkembangan anak
terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
2.
Seks
Perbedaan
perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan
adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki
lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya
dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih
cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan
pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa
pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
3.
Kelenjar-kelenjar
Hasil penelitian
di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting
dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani
dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah
dilahirkan.
4.
Kebangsaan
(ras)
Anak-anak dari
ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah
timur. Anak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat
dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
5.
Posisi
dalam keluarga
Kedudukan anak
dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak
kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari
anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih
lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat,
karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
6.
Makanan
Pada tiap-tiap
usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor yang penting
peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi
isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin.
Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan
lain-lain penyakit.
7.
Luka
dan penyakit
Luka dan
penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang hanya
sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
8.
Hawa
dan sinar
Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama
merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi
lingkungannya baik dan yang buruk.
9.
Kultur
(budaya)
Penyelidikan
Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat
pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan
pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah
yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses
perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya di sini selain budaya masyarakat
juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.
Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan
beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
·
Kematangan
(Maturation)
Perkembangan
fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah
menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodrat ini
diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan
pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata
dari lingkungan.
Pertumbuhan karena kodrat terkadang
timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di muka, suara berubah dengan
tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap seks lain, yang berkembang
menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan pemuda sebagai kebalikan dari
kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya (Masa Pueral).
Pada anak-anak sering terlihat,
tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya yang terkadang
setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat terbelakang dalam
pekembangannya.
·
Belajar
dan latihan (Learning)
Sebab
terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau
dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau
tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
·
Kombinasi
kematangan dan belajar (Interaction of
Maturation and Learning)
Kedua sebab
kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri,
tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat
dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang
meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang
diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya
sangat terbatas.
Kematangan
selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang
siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas
perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak
hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya
ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan
tidak memerlukan latihan.
Kematangan
suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk
mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang
sebaik-baiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi
mereka.
5.
Psikologi
Perkembangan Lintas Budaya
Banyak perubahan developmental yang
terjadi karena interaksi antara pertumbuhan biologis dengan lingkungan tempat tinggal
seorang individu. Dalam penelitian-penelitian awal, para ahli psikologi
perkembangan sering berdebat mengenai lebih penting manakah antara biologi
dengan lingkungan dalam pertumbuhan. Akhir-akhir ini para ahli psikologi
perkembangan semakin menyadari bahwa dua hal tersebut sebenarnya tidak dapat
dipisahkan.
Terdapat 4 poin psikologi perkembangan
yang diteliti dari sudut pandang lintas-budaya,yaitu:
1.
Temperamen
Thomas dan
Chess (1977) menggambarkan bahwa ada tiga kategori utama tempramen: gampangan,
sulit, dan lambat untuk memulai (slow to
warm up). Tempramen gampangan dicirikan oleh gaya prilaku yang wajar, mudah
menyesuaikan, positif dan responsive. Tempramen sulit adalah gaya penarikan
diri yang tidak stabil dan intens, yang secara umum biasanya dicirikan oleh
suasana hati negative.
Chisholm
(1983) berpendapat bahwa ada hubungan yang kuat antara kondisi ibu saat hamil
(khususnya tekanan darah tinggi) dengan iritabilitas (sifat mudah marah) bayi.
Hubungan antara tekanan darah ibu dan sifat mudah marah bayi ini juga dijumpai
pada bayi-bayi Malaysia, cina, aborigin, orang kulit putih Australia, serta
Navaho (Gracia Coll, 1990). Gracia Coll, Sepkoski dan Lester (1981) menemukan
bawa perbedaan kesehatan ibu-ibu di Puertorico selama masa kehamilan juga terkait
dengan perbedaan dalam tempramen bayi mereka bila dibandingkan dengan bayi
Kaukasia-Amerika atau Afrika-Amerika. Bayi-bayi Puerto Rico lebih awas dan
tidak mudah menangis. Dengan demikian, perbedaan tempramen yang khas untuk
suatu kelompok budaya mungkin mencerminkan perbedaan-perbedaan genetika dan
sejarah reproduksi.
2.
Kelekatan
Kelekatan atau
attachment adalah ikatan khusus yang
berkembang antara bayi dengan pengasuhnya. Banyak ahli psikologi yang merasa
bahwa kualitas kelekatan ini punya efek seumur hidup terhadap hubungan seorang
individu dengan orang-orang yang dicintainya. Kelekatan member keamanan
emosional pada seorang anak. Setelah kelekatan tercipta, bayi akan menjadi
tertekan oleh perpisahan dengan ibunya (ini disebut kecemasan atau distress perpisahan).
Kelekatan ini
mendasari konsep dasar (basic trust).
Erikson (1963) menggambarkan formasi kepercayaan dasar sebagai langkah penting
pertama proses perkembangan psikososial yang berlangsung seumur hidup.
Kelekatan yang buruk adalah komponen dari ketidakpercayaan. Kepercayaan dasar
dipandang akan mempengaruhi bunungan-hubungan serta tahapan perkembangan
selanjutnya. Semua ini adalah bagian dari diri yang sedang berkembang dan
dipengaruhi oleh bagaimana ibu dan orang-orang penting lain merespon terhadap
anak tersebut.
3.
Pengasuhan
Orang Tua, Keluarga dan Sosialisasi
Orang tua jelas memiliki peranan
penting dalam perkembangan anak. Ada berbagai gaya pengasuhan orang tua yang
bisa berbeda-beda. Baumrind (1971) mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan
orang tua.
·
Orang
tua yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh
untuk dikontrol/diperhatikan.
·
Orang
tua yang permisif membolehkan anak untuk mengatur hidup mereka sendiri dan
menyediakan hanya sedikit panduan baku.
·
Orang
tua yang otoritatifbersifat tegas, adil dan logis. Gaya pengasuhan ini
dipandang akan membentuk anak-anak yang secara psikologis sehat, kompeten, dan
mandiri, yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi sosial.
4.
Penalaran
Moral
Teori dominan tentang penalaran loral
dalam psikologi perkembangan adalah teori yang diajukan oleh Kohlber
(1976,1984). Teori Kohlburg, didasarkan pada karya-karya Piaget sebelumnya
tentang perkembangan kognitif. Tiga tahap umum penalaran moral menurut Kohlberg
adalah:
·
Moralitas
prakonvesional, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap aturan untuk
menghindari hukuman.
·
Moralitas
konvesional, dengan penekanan pada konformitas pada aturan yang ditentukan oleh
persetujuan orang lain atau aturan-aturan masyarakat.
·
Moralitas
pasca konvensional, dengan penekanan pada penalaran moral menurut
prinsip-prinsip hati nurani individual.
PENGAMATAN
A. Pola
Asuh Ibu
Pola asuh merupakan suatu cara yang terbaik
yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa
tanggung jawab kepada anak. Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat
untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial (Soekirman, 2000 dalam http://alisarjunip.blogspot.com/.
Diakses 2014). Pola asuh orang tua diterapkan pada anak bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak,
dari segi negatif dan positif. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan
memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya
waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.
Setiap anak tumbuh dan berkembang melalui
proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Proses
pembelajaran ini berlangsung dan berkesinambungan terus selama masa hidup
seseorang, sejak anak usia bayi sampai mencapai usia dewasa. Kewajiban orang
tua adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan memandu anak menjadi manusia
yang kompeten. Kewajiban anak adalah merespon sesuai dengan inisiatif dari
orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan orang tua. Pola asuh yang
tepat dari orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi proses pembelajaran ini.
Diperlukan kesabaran dan kebijakan orang tua untuk dapat memberikan
pertimbangan terbaik dalam pengambilan keputusan-keputusan penting di dalam
kehidupan anak.
B. Perbedaan
Pola Asuh
Pola asuh
yang diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah bisa berbeda dengan pola
asuh yang diterapkan oleh ibu yang hanya bekerja di dalam rumah atau sebagai
ibu rumah tangga yang dengan waktu penuh dapat mengasuh anaknya. Menurut
Baumrind (1967, dalam http://alisarjunip.blogspot.com/.
Diakses 2014). terdapat 4 macam
pola asuh orang tua:
1. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang
memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak
dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak. Dengan
kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati
batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga
selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua
dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh
demokrasi ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan
untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya dan belajar untuk dapat
menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan
pertimbangan terhadap aktivitas anak.
2. Pola
Asuh Otoriter
Pola asuh
otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk
terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua. Pola asuh ini
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi
dengan ancaman-ancaman tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan
pendapatnya sendiri. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua,
maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Perintah yang diberikan
berorientasi pada sikap keras orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap keras
tersebut anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya. Orang tua tipe
ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu
arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk
mengerti mengenai anaknya.
3. Pola Asuh Persimisif
Pola asuh
permisif memberikan pengawasan yang sangat longgar yang ditandai dengan adanya
kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
keinginan anak. Pola asuh permisif memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Pelaksanaan
pola asuh permisif atau dikenal dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang
tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, dan melindungi secara
berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak. Namun orang tua
tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola
asuh ini biasanya akan menghasilkan anak-anak yang manja, tidak patuh, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara
sosial.
4. Pola Asuh Penelantar
Orang tua
pada pola asuh penelantar umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim
pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi
mereka, seperti bekerja, dan kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak
mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan
psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Pola asuh ini akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, harga diri rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Seorang ibu
yang bekerja di luar rumah harus pandai mengatur waktu untuk keluarga karena
pada umumnya tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Peran ibu
dalam menerapkan pola asuh pada anak merupakan hal yang berpengaruh pada sikap
keseharian anak.
C. Objek Pengamatan
Pengamatan
ini dilakukan kepada 2 orang individu yang memiliki perbedaan pola asuh yang
dilakukan oleh kedua orang tua mereka, khususnya ibu. Kedua individu ini
memiliki kesaamaan umur dan jenis kelamin. Berikut data umum individu yang
diamati:
1. Anak dengan orang tua bekerja
Nama :
Ryan (bukan nama asli)
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September 1992
Status :
Mahasiswa
Riwayat Singkat
Ryan
merupakan anak seorang pegawai negeri di Jakarta. Sang ayah bekerja sebagai
komandan polisi di salah satu daerah di Jakarta Barat, sedangkan sang Ibu
bekerja sebagai petugas admistratif kementrian perhubungan di Jakarta Selatan.
Mereka tergolong orang tua yang sibuk, dan sangat jarang bersama Riyan dalam
keseharian mereka.
Ryan
lebih sering dibesarkan oleh asisten rumah tangga yang bertindak sebagai
pengasuh pribari Ryan sejak kecil. Kedua orang tua Ryan jarang sekali
memberikan perhatian secara emosional kepada Ryan. Bentuk perhatian yang
dilakukan lebih sering kepada perlakuan fisik berupa pemberian materi (uang).
2. Anak dengan orang tua tidak bekerja
Nama :
Bagus (bukan nama asli)
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 14 Mei 1992
Status :
Pengusaha
Riwayat Singkat
Bagus
merupakan anak seorang pengusaha kain di Bandung. Sang ayah merupakan pengusaha
kain yang terbilang suskes saat ini, sedangkan sang ibu tidak bekerja namun
sesekali membatu sang ayah menjaga toko kain mereka di Cigondewah Bandung.
Bagus
termasuk anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang baik oleh orang tua mereka.
Sejak kecil Bagus selalu dibimbing dan dibesarkan kedua orang tuanya tanpa asisten rumah tangga. Terkadang kedua
orang tuanya bergantian untuk menjaga Bagus ketika salah seorang dari mereka
harus menjaga toko kain mereka. Baguspun sesekali diajak ke toko untuk
dikenalkan dan diajari cara berbisnis oleh kedua orangtuanya.
D. Hasil Pengamatan
1. Ryan
Dari kumpulan data yang diperoleh dan hasil
pengamatan Kami mengenai Ryan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Ryan bisa
dikategorikan dibesarkan oleh tipe pola asuh penelantar, karena kesibukan kedua
orang tuanya.
·
Ryan lebih
sering dimaja akan kebutuhan sehari-hari berupa harta (uang). Sejak kecil,
apapun keinginan Ryan kedua orang tuanya sebisa mungkin mengikuti dan menuruti
keinginan Ryan.
·
Dalam
perkembangannya, Ryan tumbuh menjadi anak yang sombong, suka member perintah,
keras, dan sulit memiliki teman sejak masa sekolah, hingga saat ini. Hal ini
disebabkan kehidupan masa kecil Ryan yang diasuh oleh asisten rumah tangga yang
bersikap seperti asisten atau ajudan yang harus menuruti apapun keinginan Ryan.
Tanpa sadar sifat seperti itu membentuk pribadi Ryan menjadi seolah-olah raja
yang harus dituruti apapun keinginannya. Selain itu status sang ayah yang
merupakan komandan polisi pun sedikit mempengaruhi timbulnya sifat sombong yang
dimiliki Ryan, akibat kekuasaan yang dimiliki sang ayah.
·
Hasil dari
pola asuh penelantar ini pun menghasilkan karakteristik kurang bertanggung
jawab, tidak mau mangalah, sering bolos, bermasalah dengan teman.
2. Bagus
Dari kumpulan data yang diperoleh dan hasil
pengamatan Kami mengenai Bagus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Bagus bisa
dikategorikan dibesarkan oleh tipe pola asuh demokratis. Kedua orang tuanya
mampu membagi waktu dalam mengasuh dan membesarkan Bagus. Sang Ibu tetap
mendapatkan porsi yang lebih besar dalam mengasuh Bagus.
·
Bagus tidak
pernah dimanja oleh kedua orang tuanya, apalagi mengenai harta. Meskipun orang
tuanya tergolong mampu, namun kedua orang tuanya selalu mendidik bagus untuk
memiliki penghasilan (uang) dengan hasil jerih payah sendiri.
·
Dalam
perkembangannya Bagus menjadi sosok mandiri, bertanggung jawab, dan cerdas
dalam melihat peluang bisnis. Hal tersebut merupakan hasil didikan kedua orang
tuanya yang berlatar belakang pengusaha.
·
Hasil dari
pola asuh demokratis menghasilkan karakteristik mandiri, tenang (tidak cepat
emosi), cerdas, bertanggung jawab, mudah bergaul, ramah dan disegani karena
kecerdasannya.
E. Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan kedua individu tersebut, Kami menyimpulkan bahwa perbedaan pola asuh
antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja jelas sangat mempengaruhi
karakteristik anak yang dibesarkannya. Selain itu, faktor pekerjaan orang tua
juga turut mempengaruhi emosi dan psikologi sang anak.
Namun yang
harus dicatat, hasil pengamatan dua individu ini tidak mutlak sama dengan
individu lainnya. Pengamatan ini tidak bisa dijadikan patokan atau pakem dalam
menilai seorang individu, karena ini hanyalah sebagian kecil pengamatan yang
Kami lakukan. Mungkin akan berbeda hasilnya jika pengamatan dilakukan dalam
skala yang lebih luas.
Sumber:
Matsumoto David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-perkembangan/, (diakses 11 April 2014)
www.wikipedia.org, (diakses 10 April 2014)
http://alisarjunip.blogspot.com/2013/12/pengaruh-pola-asuh-ibu/, (diakses 30 April 2014)
Comments
Post a Comment